Keilmuan dibalik Format Al Quran


Selama kurun waktu lebih dari 13 tahun, Bapak Lukman AQ Soemabrata menggali sebuah bentuk keilmuan yang disebut-nya "Keilmuan Al-Quran". Menarik pula untuk diketahui alasan beliau bersedia selama sekian tahun bersusah-payah "membolakbalik" dan merenungi Al-Quran, bahkan masih terus berlanjut hingga sekarang. Bahwa Al-Qur"an adalah petunjuk bagi manusia dan kitab suci bagi umat Islam, adalah keyakinan yang secara terus-menerus ditanamkan sedari kecil. Namun, sesungguhnya keyakinan adalah hasil dan penentuan sikap secara mandiri, sebab keyakinan tidak bisa diwariskan atau diwarisi begitu saja. Jadi mesti ada kesadaran untuk membangun keyakinan. Tanpa itu, kita hanya "yakin" karena kata orang kita harus yakin.

Bapak Lukman AQ Soemabrata dilahirkan di dalam keluarga yang menanamkan kebiasaan mengaji A1-Quran kepada anggota keluarga sejak masih kanak-kanak. Pernyataan bahwa Al-Qur"an adalah sumber dari segala ilmu sudah menjadi kata-kata klasik baginya, sudah terlalu sering terdengar. Bagi beliau, persoalannya adalah dimanakah letak dan bagaimanakah bentuk atau, bagaimanakah kita dapat mengetahuinya?

Dalam proses pencarian keilmuan Al Quran, beliau pernah melakukan membaca beberapa amalan tertentu. Konon bila bacaan tertentu dibaca sekian kali perhari selama sekian waktu maka akan demikian, dan sebagainya. Akhirnya beliau merasa tersadar, dan timbullah berbagai pertanyaan dalam dirinya.

Kenapa bacaan yang ini musti dibaca sekian kali, sedang yang itu harus sekian kali? Kenapa jumlah pembacaannya bisa berbeda? Kenapa surat tertentu dibaca sekian ribu kali, sementara tiada ayat Al-Qur'an yang langsung menyatakan bahwa surat itu harus dibaca sekian ribu kali? Bila amalan-amalan tersebut memang asal-muasalnya bersumber dan Al-Qur'an, termasuk pula cara menentukan jumlah pembacaan yang sekian ribu kali itu, pastilah ada suatu "rumusan tertentu" yang mendasari. Pastilah ada ilmunya, yang berarti ada pula metode keilmuannya.

Tergerak oleh kebutuhan untuk memperoleh jawaban atas berbagai pertanyaan yang menyelimuti dirinya, maka dimulailah usaha pencarian jawaban dengan bertanya kian-kemari kepada orang-orang yang dinilai bisa memberi jawaban, namun jawabanjawaban yang diperoleh ternyata kurang memuaskan bagi beliau. Meskipun jawaban-jawaban itu terasa kurang memuaskan, tetapi kelak terbukti bermanfaat ketika beliau memutuskan untuk mencoba menggali sendiri secara mendalam.

Setelah sekian tahun dengan keras berusaha secara bersungguh-sungguh, beliau berhasil memperoleh Ilmu AlQ-ur'an. Ketika beliau ditanya oleh seseorang tentang seberapa banyak Ilmu Al-Qur'an yang diperolehnya, beliaupun menjawab dengan ungkapan beliau sendiri : "Jangankan semua huruf, setengah Aliif-pun belum tentu tamat". Itulah anugerah Ilahi yang sangat beliau syukuri, dengan ikhlas pula beliau sampaikan kepada siapapun yang membutuhkan.

Ilmu Al-Qur'an yang diperoleh kemudian beliau rumuskan menjadi bentuk keilmuan yang beliau sebut dengan "Keilmuan Al-Qur'an". Rumusan atau metode keilmuan tersebut mengacu --sesuai dengan bentuk Ilmu Al-Qur'an yang beliau peroleh --kepada format susunan penulisan seperti yang tercantum dalam mushaf Al-Qur'an bertipe 16 halaman (8 lembar) per-juz, dan 18 baris per-halaman. Ketika ditanya tentang rumusan metode keilmuan Al-Qur'an dengan tipe-format yang lain, beliau 'menjawab: "Bila ada orang yang bisa dan bersedia menjelaskan, sayapun bersedia mempelajarinya. Dulu juga pernah saya coba, tetapi terasa lebih sulit".

Ketika menjelaskan metode keilmuannya secara langsung kepada orang yang bertanya, beliau cenderung mengajak untuk bersama-sama memperhatikan Al-Qur'an melalui tipe-format mushaf seperti tersebut di atas. Tampaknya hal itu dimaksudkan pula untuk menjelaskan bahwa format penulisan mushaf dapat membantu seseorang untuk memahami maksud pesan yang terkandung di dalam Al-Qur'an. Format penulisan termasuk pula notasi-notasi tertentu yang tercantum padanya adalah rambu-rambu pembantu bagi orang yang belajar.

Pada masa sekarang dengan mudah dapat kita jumpai berbagai jenis format-cetak mushaf Al-Qur'an. Tentu ada proses sejarah di balik terbentuknya berbagai jenis format tersebut. Meskipun dicetak/ditulis dalam berbagai jenis format, namun masing-masing mushaf memuat salinan teks ayat yang mengikuti standar Utsmani. Di Indonesia telah ada sebuah Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur'an yang dibentuk di bawah Departemen Agama Republik Indonesia, dengan tugas mentasbih mushaf Al-Qur'an yang beredar di Indonesia.

Sekian banyak bahan telah kami kumpulkan, baik yang berasal dari hasil wawancara maupun dari pembicaraan di berbagai kesempatan dan catatan-catatan tertulis ketika beliau menjelaskan keilmuannya. Mengingat banyaknya bahan yang terkumpul, maka kami -- editor -- berusaha menyuntingnya dalam bentuk serial buku. Buku yang ada di tangan pembaca ini adalah buku pertama dari serial buku tersebut. Buku pertama ini kami sunting di bawah judul KEILMUAN DI BALIK FORMAT AL-QUR'AN: Menelusuri jejak kaki Ibrahim, dengan maksud untuk menyampaikan gambaran umum dari bentuk keilmuan yang digali dan dikembangkan oleh Bapak Lukman AQ Soemabrata. Bentuk keilmuan yang bertolak dari pendekatan struktural untuk menggali dan mengungkap arti secara kontekstual. Pandai-pandailah memilah dan konon kata bijak-bestari sejak zaman dahulu. Nasihat ini berlaku pula bagi kita dalam menyikapi bentuk keilmuan yang hendak disampaikan melalui buku ini.

Bagaimanapun, sebuah bentuk keilmuan --yang berujud seperangkat metode perlu mendapat penilaian yang kritis dan disikapi secara proporsional; dan kami percaya bahwa masyarakat pembaca buku dan pemerhati keilmuan ini adalah masyarakat yang mampu memberikan penilaian dan bersikap demikian itu. Justru dengan demikian keilmuan termaksud akan lebih jelas dipahami sosoknya, lebih jelas pula bentuk manfaatnya bagi masyarakat pada umumnya dan para pemerhati pada khususnya.

Di samping buku ini, bentuk keilmuan tersebut pernah pula dibukukan oleh orang yang mempelajari metode keilmuan ini dan diterbitkan oleh penerbit yang berbeda pula. Semoga para pembaca yang telah mengenal bentuk keilmuan tersebut dapat pula memperoleh tambahan bahan masukan, sehingga pembaca memperoleh informasi yang semakin lengkap.

Meskipun telah maksimal kami berusaha menyunting bahan-bahan agar tersaji dengan enak untuk dibaca dan dengan mudah pula untuk dicermati, namun hasilnya tentu belum sesuai harapan. Dalam proses penyuntingan materi sajian, kesulitan utama yang kami hadapi adalah sulitnya menghindarkan pengulangan penjelasan yang sama, oleh karena bahan-bahan tulisan dalam buku ini berasal dan pengumpulan berbagai penjelasan yang beliau sampaikan di berbagai kesempatan dan berkait pula dengan berbagai konteks bahasan lain. Namun, bagaimanapun terjadinya pengulangan dalam sajian buku ini adalah kelemahan ' dan kekurangan kami dalam melakukan kerja penyuntingan. Segi isi sajian buku ini sepenuhnya adalah keilmuan yang -disampaikan oleh beliau (Bapak Lukman AQ Soemabrata).

Segi naratif, yaitu pembahasaan atau bahasa dalam buku ini, adalah usaha para editor dengan dukungan berupa berbagai masukan dari teman-teman sejawat dan para pembaca draft buku ini. Mereka pun telah dengan tulus membantu kami demi suksesnya penyuntingan buku ini. Atas segala dukungan itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga Allah SWT membalas amal kebaikan mereka. Semoga isi buku ini bermanfaat bagi bahan renungan dan kajian demi meningkatkan semangat belajar Al-Qur'an. Saran dan kritik para pembaca sangat kami nantikan agar sajian isi buku menjadi lebih sempurna lagi pada cetakan mendatang. Billahil-taufiq wal-hidayah Wassalamu'alaikum Wr-Wb.

Yogyakarta, 13 Juli 1995

EDITOR


Continue - Prolog

Back To Index


Maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan karena tulisan ini hasil scaning / OCR.